PHG keempat
Dibalik ketebalan embun pagi, aku dan siswa yang lain berjalan rapih dan serempak, penuh kedisiplinan. Mentaripun terbit tanpa malu bersama panas dan sinarnya. Sedangkan kami berbaris disebuah danau yang penuh airnya.
Dansispun sudah terpilih, begitupun Danru. Dan Pembina memberikan sedikit waktu kepada kami untuk sarapan pagi. Sesuai jadwal, dihari pertama, kami mengadakan penyebrangan basah yang dilanjutkan dengan Resection didaerah tersebut, usai itu, perjalanan panjang menanti keberanian kami.
Perjalanan menuju hutan gunung pun berlanjut hingga tiba di bukit batu cakra. ya, itulah tujuan kami. Sejenak istirahat, sholat, lalu kami dirikan bivak ponco untuk bermalam disana.
Keesokan harinya kami bersiap-siap untuk beraktivitas sesuai jadwal. Membuka jalan, itulah tantangan kami dihari itu.
Ditengah kelelahan, disela-sela waktu istirahat salah satu dari kami berkata “ Nama angkatan kita Merah Saga yuk !”, soalnya kita tidak perenah menyaksikan suasana langit berwarna merah saga dan juga terdengar keren dikit, dan pastinya langsung ada nasyidnya juga !”. Ketika langit berwarna merah saga siswa-siswa lain langsung menyetujui nama itu, namun aku sendiri mengingingkan kata-kata “ Pemburu “, ya, pemburu aku mengaitkannya dengan kesabaran. Pemburu harus berusaha sabar dari mulai pengintai musuh hingga jikalau dia gagal dalam pemburuan itu, begitupun kami yang semenjak kelas X menanti acara PHG. Akhiranya acara itu hanya bisa terlaksana dibulan agustus di kelas XI, dan bagaimanapun hasilnya, kami harus kembali sabar.
Seperti biasa malam-malam adalah acara yang paling asyik, penuh pelajaran dan pelatihan, dimalam terakhir di batu cakra, tercipta satu yel dari kelompok tiga dan satu lagi dari kelompokku, hingga “diobok-obok” dan “bangkitlah Tripala” menjadi penyemangat kami dalam perjalanan.
Perjalana dihari ketiga, lebih berkesan, betapa tidak, nilai dari ujian kami dihari itu rendah”hari ini adalah evakuasi korban terburuk dalam sejarah phg itulah penilaiyan para Pembina. Bahkan perjalanan ke lembah kelam pun tindak tuntas, kami hanya bertenda di bawah.
Di kala senja hari itu, di sebuah rereng dari bukit sinar rimbang kami melakukan resection dan dokumentasi. Salah satu dari siswa merasa gelap, mungkin akibat dari terlalu capek, bahkan dansispun ikut lemas dan tidak bertenaga akhirnya mereka berdua turun dengan cara di gendong.
Palasari, itulah tempat perkemahan kami, hingga malam tiba, sampai lima orang dari siswa sakit ada yang karena kakinya lecet dan bengkak, ada yang lemas bahkan kami kedatangan siswa-siswa baru diantaranya raihan yang hadir lewat jasad siswa yang sakit, agak ngeri sih .. , namun aku simpulkan ini akibat kurang ketaatan, mengapa ketika survival hanya kelompokku yang sempat makan.
Hingga acara rendaman di hari kelima, siswa yang bisa mengikuti acara hanya delapan orang, lima diantaranya berasal dari kelompokku.
Nama merah saga di tolak dengan alasan kurang sesuai dengan keadaan angkatanku, sedangkan pemburu katulistiwa, dijawab dengan “siswa penghayal”akupun terus memberikan nama. Macan tutul dan macan kumbang itu ditolak karena kebalikan dengan keadaan kami akupun kembali mengajukan nama dengan “dadali coklat “itupun tertolak, bahkan masih banyak nama-nama lain yang tertolak seperti gugur lereng, lereng senja, alap-alap selatan, kunang-kunang rimba, cakar elang, cakar gagak dan sebagainya.
Kamipun memperkuat “alap-alap selatan “dengan alasan tiga burung yang menghampiri kami ketika survival, itupun tetap ditolak”euh teumah keukeuh alap-alap selatan,siswa egois,”ingat-ingat apa yang paling berkesan dari perjalanan kalian yang mencakup semuanya, itulah nama kalian “.ujar Pembina kepada kami yang nyaris mati.Ditengah kami mengingat tempat yang telah dilalui Pembina menyebutkan rute-rute perjalanan lalu aku mengacungkan tangan dan kukatakan”lereng sinarimbang “dengan tegas pembina berkata apa alasanmu mengambil nama itu ?”kemudian aku dan teman-teman mengutarakan semua kejadian-kejadian yang terjadi setelah resection di lereng sinarimbang akhirnya nama itu direstui dan angkatan kami bernama lereng sinarimbang “TRIPALA”triak Pembina dengan keras“LERENG SINARIMBANG “jawab kami kaku “bingung-bingung nama angkatansendiri aja bingung payah “triak Pebimna “
Rapatkan barisan rapatkan
Ayunkanlah langkah perjuangan
Mati syahid atau hidup mulia
Siapkan dirimu siapkan
Hadapi tantangan hadapi
Ayunkanlah langkah perjuangan
Mati syshid atau hidup mulia
Siapkan dirimu siapkan
Hadapi tantangan hadapi
Takkan pernah usai perjuangan
Hingga ajalkan menjelang
Enyahkan rasa takut dan gentar
Walau raga kan meregang nyawa
Karena kemenangan pastilah kan datang
Kami menyanyikan yel-yel kami dengan senyuman dan rasa bahagia ketika perjalanan pulang ke “NUHA” setelah bermalam di basecamp hira dihari ke enam.
BY:IVAN.
0 komentar:
Posting Komentar